Sabtu, 06 Februari 2010

"Terbang ke Masa lalu"


oleh. muhasyaelfihr

pagi itu, azan shubuh berkumandang dari sebuah masjid jami pondok pesantren. mata kami masih terpejam rapat, kumandang azan bagai serpihan debu. menggelora namun pergi saja berlalu. dipojok kamar itu kami masih terbaring menikmati indahnya mimpi kala itu. aku berada di maqomku, ruangan kecil tak begitu luas 3x1,5 meter yang aku buat sendiri didalam kamarku, ruangan yang hanya diskat sebuah lemari panjang milikku dan temanku. lain lagi dengan lima orang temanku yang terbaring diruangan kamar alie lima berukuran 3x3meter sebut saja begitu. mereka bagaikan mayat yang akan bangkit jika waktunya dibangkitkan.

waktu terus melaju, mengakhiri dekapan setiap detak detik jam bekerku.
dari alam tak sadarku, aku mendengar jauh disana suara yang tak aneh lagi dalam kehidupanku.
"jeggerrr..!!!"
"bangun!! subuh!!! kebiasaan"
tanpa muqodimah panjang, dari alam tidur itu, aku langsung menyeru kepada ruh-ruhku untuk kembali bersatu pada jasadku, karena suara itu, ya suara itu. suara pudir kesantrian yang sedang marah-marah karena waktu subuh telah tiba kami masih saja terlelap tidur.
sesekali suara keras rotan itu menggelagar pada setiap pinitu kamar di asrama mahmud zahid diiringi lantunan kemarahan pudir kesantrian, seperti sebuah orchestra disebuah operah, sebut saja Guru Rojuddin. sekilas seluruh ruhku telah menyatu dalam jasadku. aku langsung bangkit dari tempat tersemayam itu. tak lain adalah kamar mandi tujuanku, ya, kamar mandi desirku pada mata yang masih menggundah segar, karena tak ada tempat lagi selain kamar mandi untuk menghilangkan jejak dari pemburuan subuh kala itu.

dari dalam kamar mandi aku mendengar langkah guru, beliau memasuki kamar kami. dan...
jeprat jepret suara itu terdengar ditelingaku, ya, suara rotan yang dapat kuperkirakan panjangnya satu meter dengan ketebalan jempol tanganku itu melayang tepat disetiap (maaf) bokong teman-temanku.
hatiku begitu tegang, walau aku berada didalam kamar mandi yang masih bisa dibilang terselamatkan.
aku menghembuskan nafas dengan tenang sambil mengelus-elus dadaku. karena aku benar-benar selamat dari perang amuk subuh itu.
setelah kuperkirakan guru itu telah pergi dan jauh dari jarak kamarku, aku kembali keluar dari tempat persembunyianku, kamar mandi.
ketika kubuka pintu..
aku tersenyum ria, walau tak sepadan dengan raut wajahku.
"hahaha..." tawaku pada semua teman-temanku yang baru saja mendapatkan serangan fajar dari Guru Rojuddin.
tetapi tawaku itu tak satupun yang menghiraukannya. betapa tidak, mata mereka kembali terpejam dengan posisi menjungkuk. pura-pura telah bangkit dari tidur. padahal ia melanjutkan kembali tidurnya. tak hanya itu, pandangan dikananku tergambar lain.. belum beberapa menit rotan itu menghantam dirinya sebut saja Naim, ia malah berbaring kembali melanjutkan perjalanan malamnya yang melelahkan.
begitu juga dengan ajay temanku yang benar-benar ahli dalam bidang tidur menidurkan ini.

aku telah benar-benar segar dipagi yang dingin ini. aku keluar kamar menuju tempat wudhu. pemandangan yang membosankan disubuh hari. selalu saja mengantri untuk mengambil air wudhu saja.
aku berdiri ikut mengantri dibarisan mereka. wudhupun telah selesai, langkahku bergegas menuju masjid yang telah mengumandangkan iqomahnya.

***

shalat subuh telah usai, matahari ikut terbangun dari tidurnya sepanjang malam. para santri berlari-lari keluar masjid, seperti tsunami. kegiatan yang tak pernah berubah tiap saban harinya. maklumlah hari ini adalah hari sekolah akan masuk. mereka berlari untuk mendapatkan jatah kamar mandi, istilah kata "siapa cepat dia dapat" siapa cepat datang ke asrama dia yang mandi duluan.
tetapi lain halnya denganku dan kawan-kawan seperjuanganku, bagiku dan kawan-kawanku sistem seperti itu sudah kuno dalam kehidupan dipondok. wajar saja kami sudah enam tahun hidup dipondok ini, jadi untuk hal mandi tidak lagi harus berebut, yach paling tidak harus adu kata dengan teman yang mandinya lama tidak ketulungan. seperti aku. hehehe... Pedenya.

langkahku telah sampai di perempatan jalan menuju asrama, dari jauh pandanganku sudah terlihat ncing penjual nasi uduk duduk diteras depan asrama. sebut saja ncing sari. *ncing dalam bahasa betawi adalah ucapan kepada yang lebih tua, seperti istilah bibi atau lainnya.

langkahku sejenak berhenti di singgahan penjual nasi uduk itu. aku menghampirinya dan mengambil satu bungkus nasi uduk beserta satu bala-bala dan risol. dan tak ketinggalan teh manis hangat yang sudah diikat rapih oleh ncing sari itu.
"duitnya ntar ncing." ucapku pada ncing sari.
ncing sari hanya tersenyum sipu.. aku dapat membaca pikirannya.
"dasar santri... apa-apa ngutang. kapan kayanya gua" ups.. sepertinya aku terlalu bersu'uzhon.
aku tahu sekali ncing sari itu seperti apa, tak mungkin ia akan berfikiran seperti itu.

akhirnya, kembali aku berada dikamarku alie 5, lagi lagi pemandangan yang tak pernah berubah. si naim dan ajay masih kekuruban diatas kasur itu. setiap hari aku selalu membangunkannya, tapi hasilnya nihil. ia tetap pulas dalam perjalanan malamnya.
lain halnya dengan babenk, ia sudah terlihat berseri dipagi ini. maklumlah dia sudah mandi pada pagi-pagi ini. ia terlihat asik diatas kursi itu, terlihat matanya menatap indahnya pagi hari dipinggir jendela kamar. tangannya memegang erat channel radio hitam polytron milikku. terus ia putar channel radio itu. dan akhirnya mendapatkan apa yang dicarinya. siaran GEN FM. begitu bahagianya dipagi ini. lagu Melly goeslaw dengan gantungnya, Padi dengan sang penghiburnya, mulan jamila dengan makhluk tuhan yang paling seksinya. the rock dengan munajat cintanya, maia dengan ingat kamunya. menemani paginya dikala itu.
aku hanya bisa ikut kebahagiaannya dipagi ini dengan lagu-lagu yang disiarkan ole Gen FM itu.

jam sudah menunjukkan pukul 07:15 menit. dhuha telah selesai kulaksanakan walau hanya dua rakaat, 15 menit lagi bel sekolah dikantor akan bunyi ngueng-ngueng. aku sudah rapih dengan pakaian kebesaranku sebagai penuntut ilmu. kemeja putih, celana putih, dasi hitam dan berpeci hitam. gagah seperti pilot pesawat terbang yang akan take off dilapangan bandar udara internasional. hahaha lebay banget...

aku berdiri didepan lemariku. dan suara aneh itu menghampiriku.
"kakak arie.. ganteng banget sih kamu. gitchu kata ririe" ucap aneh temanku kamil namanya.
"etdah orang, ada baeee..." desirku dalam hati, menyambut kedatangannya yang membisingkan pikiranku. aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang aneh. bagaimana tidak, seperti orang idiot, atau bisa dibilang seperti cecep yang diperankan oleh anjasmara di tayangan televisi waktu dahulu.

belum keanehan itu hilang, datang lagi temanku. naseh namanya. atau biasa dirinya menyebut sebagai saneh cute. ada-ada saja..
ia menghampiriku sambil mengangkat tangannya kepundakku sambil mengangkat kaki kanannya lalu menggoyang-goyangkan dan beraksi joget dihadapanku sambil meledekku, "ayayay....ayayay... dengan senyumnya yang mempeson seperti kelinci"

aku lagi-lagi dibuatnya aneh..
setelah naseh pergi, datang makhluk aneh lagi dalam kehidupanku. anas namanya.. sering sekali hal ini terjadi. ketika ku berdiri didepan lemariku. ia ikut berdiri dilemari sampingku milik babenk itu. tak ada yang dilakukannya. cuma terdiam sambil menatap senyum diriku.. aneh... apapula yang dia maksud.

dan tepat dipukul 08:30 bel itu bunyi sangat keras. wiuw...wiuw...wiuw... seperti bunyi perlintasan kereta api. kencang tak karuan sampai terdengar keseluruh seantaro ujungmalang. terkadang aku jenuh dengan bel ini. ya jenuh sekali.. karena sekolah akan segera masuk. astaghfirullah...

dan lucu, lihatlah si naim dan ajay itu, iya baru sibuk bangun dari tidurnya, naim langsung masuk kamar mandi tanpa izin dari ajay yang sudah akan masuk terlebih dahulu. tak heran ajay kesal dibuatnya, ia ngomel-ngomel sembari menggedor-gedor pintu kamar mandi.
lagi-lagi ini kebiasaan buruk yang hampir terjadi setiap harinya. aku dan kawan-kawan hanya bisa tertawa melihat ulah yang dilakukannya. sibuk berebutan kamar mandi di jam sekolah yang sudah masuk. naim pun jeluar dari kamar mandi, terlihat dari wajahnya ia hanya cuci muka didalam kamar mandi itu. ia ingat bahwa hari ini hari kamis, dan jam pertamanya adalah pelajaran bahasa inggris yang diajarkan oleh guru suharso. guru paling kiler untuk kelas IPS. ditambah hari ini adalah ujian vocab. makin kacau saja si naim itu. ia memakai baju sejadinya, sepatu seadanya, dan peci.. ntah dimana peci miliknya itu. ia menyibukkan dirinya hanya karena sebuah peci. tanpa basa-basi peci ntah milik siapa dipakainya. warna pudar, tak tampak lagi hitamnya. dan tak sepas ukuran kepalanya.

dan akhirnya...

semua sibuk menuju kelas masing-masing yang tak jauh beberapa langkah dari asrama.
guru itu telah datang.
dan dari jendela kamarku didepan sana guru nunk sudah menuju kelas dengan sebatang rotan yang diayunkan tangan kanannya.
"guru nunk... guru nunk..." temanku teriak kencang memberi tahu bahwa guru nunk sudah berada beberapa meter dari kelas atau asrama ini.

***

prosesi belajar mengajarpun berjalan, tetapi belum pada penghujung jam pelajaran pertama, ada sesuatu yang menarik. lihatlah dikelas tiga Aliyah IPS itu.. semua sibuk dengan ujian vocab dari guru bahasa inggrisnya. hasilnya setengah dari anak-anak IPS itu harus mengikuti HER karena nilai yang tidak mencapai target. tak ayal, sang guru langsung menjadwalkan pelaksanaan HER atau remedial itu.
kebiasaan HER ini terkadang membuat jengkel mereka yang sering terjerumus didalamnya. tak aneh seperti sholihun yang telah menjadi ikon terbesar bagi Guru Suharso, sampai-sampai setiap pertemuan di setiap kelas tiga aliyah nama nya disebut-sebut, ntah apa maksudnya.

0 komentar: